Ada sebuah peristiwa yang terjadi pada sebuah desa kecil, suatu ketika ada seorang ibu yang penuh kasih pergi ke kota besar, setelah kembali ke rumah dirinya berubah total dari sebelumnya. Semula ibu ini sangat mengasihi puterinya, tak peduli seberapa larut pun anaknya pulang rumah, dia akan menunggu untuk membuatkan makanan enak dan diantarkan ke hadapan anaknya. Akan tetapi sejak pulang dari kota besar, sang ibu berubah dan tidak mau lagi mengurus anaknya, biar pun anaknya pulang sangat larut malam, sang ibu tidak pernah mengindahkannya, bahkan tidak memasak lagi di rumah. Ketika sang anak merasa lapar dan memberitahukan pada sang ibu, dia hanya menjawab dengan nada dingin “Kamu sudah besar, apakah masih belum bisa masak sendiri?” Dari itu, sang anak berpikir bahwa sang ibu tidak sayang padanya lagi, lalu timbul perasaan tidak senang dan benci pada sang ibu, dia mulai mencuci pakaian sendiri, menata kamar sendiri, saat lapar memasak sendiri, semua urusan harus dikerjakan sendiri, sebab biar pun dirinya merasa lelah, haus, lapar atau mengantuk, sang ibu tidak pernah memperdulikannya. Dalam hati dia beranggapan kalau sang ibu sudah tiada. Tak seberapa lama kemudian, sang ibu pun meninggal dunia, selama selang waktu ini, sang anak sudah jauh hubungannya dengan sang ibu, bahkan bersikap dingin dan seakan bermusuhan, sehingga kematian ibunya tidak membawa dampak kesedihan sama sekali pada dirinya. Selanjutnya ayahnya kimpoi kembali, setelah ibu tirinya tinggal di rumah mereka, dia merasa ibu tirinya sangat baik padanya, paling tidak masih menyisakan sedikit lauk dan nasi baginya, setelah lelah seharian tidak perlu memasak sendiri, jadi hubungan dengan ibu tirinya masih terhitung cukup harmonis. Sang anak belajar dengan keras dan akhirnya berhasil dalam ujian masuk perguruan tinggi. Akan tetapi dikarenakan kondisi ekonomi keluarga tidak baik, maka dia tidak ada dana untuk membayar uang kuliah, ketika sedang diliputi kecemasan, ayahnya menyerahkan sebuah kotak kecil kepadanya dan memberitahukan kalau sebelum ibunya meninggal dunia ada berpesan agar pada saat menemui kondisi paling sulit, baru boleh menyerahkan kotak ini kepadanya. Sang anak menerima kotak ini dari ayahnya, ketika dibuka ternyata di dalamnya ada setumpuk uang dengan selembar surat di sampingnya. Dalam surat tersebut tertulis pesan ibunya Anakku, kali itu ketika ibu pergi ke kota, sebetulnya ibu pergi memeriksakan kesehatan tubuh, setelah dilakukan pemeriksaan, barulah ibu tahu kalau ibu terkena kanker dan sudah stadium akhir, saat itu ibu hampir-hampir tidak bisa berdiri lagi. Ibu bukan khawatir akan diri ibu, akan tetapi ibu khawatir akan dirimu. Ibu berpikir jika ibu sudah tiada, bagaimana dengan dirimu nanti? Kamu masih kecil, bagaimana kamu bisa melanjutkan hidup? Bagaimana menghadapi masa depanmu? Dari itu, sepulangnya ibu ke rumah, ibu bersikap dingin kepadamu dan ingin kamu mengerjakan sendiri semuanya, juga tidak peduli lagi padamu agar kamu membenci ibu, dengan demikian sesudah ibu sudah tidak ada di dunia ini lagi nanti, kamu tidak akan diliputi dengan kesedihan. Anakku, walau ibu tidak pernah bertanya padamu, namun di dalam hati ibu sebetulnya tetap mengkhawatirkan dirimu, setiap kali kamu pulang larut malam, walau ibu tidak membuka pintu untuk melihat dirimu, namun ibu tetap menunggumu pulang. Ketika kamu pulang dengan tubuh lelah dan perut lapar, ibu membiarkanmu masak sendiri, sebab ibu berharap sesudah ibu tiada nanti, kamu bisa menjaga diri. Dulu ibu mengerjakan semuanya untukmu, namun sesudah ibu tiada nanti, siapa lagi yang akan menjagamu? Segala sesuatu di kemudian hari harus bergantung pada dirimu sendiri. Ibu berlaku buruk padamu, bahkan tidak memasakkan nasi untukmu dan semua pekerjaan harus kamu lakukan sendiri, maka dengan demikian ketika nanti ayahmu kimpoi kembali, kamu akan berpikir bahwa ibu baru akan lebih baik dari ibu, sehingga kalian akan dapat berhubungan dengan baik dan hari-harimu akan lebih mudah dilalui. Dalam kotak ini ada uang 5000 dolar yang diberikan nenek kepada ibu, sebetulnya ini adalah uang berobat ibu, namun ibu tidak rela menggunakannya, ibu tinggalkan untukmu dengan harapan ketika nanti kamu masuk perguruan tinggi dan membutuhkan uang, kamu dapat menggunakannya. Sekarang, ibu meminta bantuan ayah untuk menyampaikannya kepadamu. Air mata segera mengaburkan mata sang anak, juga mengaburkan sepasang mata kita yang membaca kisah ini, kasih ibu terhadap anak sungguh tanpa pamrih dan penuh akal budi, mana mungkin ada ibu yang tidak mengasihi anaknya? Ketika dia harus menahan perhatian dan kasih dalam hatinya kepada anak, harus berusaha keras untuk memperlihatkan wajah dingin kepada anaknya, saya sungguh sulit membayangkan, betapa menderitanya perasaan ibu ketika itu, namun demi perkembangan anak yang lebih baik dan kehidupan anak yang lebih berbahagia di masa mendatang, ibu rela menerima segala kesedihan, bahkan tidak menyesal untuk membiarkan sang anak salah paham terhadapnya. Namun apakah sebagai anak, kita mau memahami isi hati ibu? Teringat pernah sekali, di dalam sebuah lift bertemu dengan seorang anak, ketika ibunya dengan sabar membimbingnya, anak ini terlihat tidak sabaran dan mengeluhkan kalau ibunya cerewet, bahkan marah-marah dan meminta ibunya agar tutup mulut. Ibunya juga marah, namun tetap menahan diri dengan terus meminum air mineral di tangannya, pada saat ini sang anak sama sekali tidak sadar akan betapa sedihnya hati ibunya. Cinta kasih harus dirasakan dengan kesungguhan hati, ketika kita membantah ayah dan ibu kita, mengapa kita tidak menyadari kalau sepatah perkataan penuh emosi kita telah pun menyebabkan luka mendalam di dalam hati ayah dan ibu. Ketika ayah dan ibu sedang memberi bimbingan kepada kita, apakah kita dapat menyadari betapa besarnya hati kasih orangtua kepada anak? Atau kita menganggap ayah dan ibu tidak senang melihat kita dan selalu mencari masalah pada diri kita. Ketika ibu memukul dan memarahi kita, apakah itu benar-benar disebabkan karena ibu tidak menyukai kita? Pernah mendengar seorang ibu berkata demikian Anak-anak tersayang, tidak semua ibu dapat berbuat seperti yang kalian harapkan, kalian semestinya mau mengerti akan tindakan ibu kalian dan jangan pernah menyalahkannya. Saya percaya, ibu kalian dan termasuk ayah kalian akan mencintai kalian selama-lamanya, tak peduli metode apa yang dipergunakan, mereka akan tetap berdiri di sisi kalian untuk selama-lamanya, tetap berharap kalian agar kalian cepat tumbuh dewasa dan nantinya dapat berbuat lebih banyak bagi negara dan masyarakat. Benar sekali, ibu selalu mengasihi kita, mengapa kita masih saja meragukannya? Apakah kita tahu kalau di mata ibu, kita selama-lamanya adalah anak-anak, biar pun kita telah berusia 80 tahun dan punya banyak anak cucu, ibu kita tetap mengkhawatirkan diri kita apakah pakaian yang dikenakan sudah cukup hangat, apakah di malam hari tubuh ada ditutup selimut dengan baik, apakah ada makan kenyang, dan seterusnya. Kasih ibu adalah sedemikian besar dan tanpa pamrih, bagaikan sumber air yang terus mengalir deras tanpa pernah berhenti. Akan tetapi, bilakah kita sebagai anak dapat benar-benar memahami akan isi hati ibu? Pernah ada orang yang mengumpamakan kasih ibu bagaikan tanaman bunga di tepi jalan, tiada orang yang peduli, tiada orang yang merawat, tiada orang yang memberi perhatian, namun tak peduli dalam cuaca bertopan, hujan deras atau hawa dingin membeku, asalkan ada sedikit sinar mentari dan embun hujan, dia akan tetap tumbuh dan berbunga lebat. Jangan lagi mengenyampingkan tali kasih ini, kasih ibu tiada pamrih dan kita perlu secepatnya memahaminya dengan sepenuh hati, merasakannya dengan sepenuh hati dan membalas budi luhurnya dengan sepenuh hati. “Pohon ingin tetap tenang, namun angin terus berhembus; anak ingin berbakti, namun orangtua sudah tiada”, pastikan penyesalan seperti ini jangan sampai terjadi dalam kehidupan kita ini. Kita harus tahu bahwa ketika kita membuka pintu rumah dan memanggil “Ibu”, masih ada orang orang yang menyahut adalah suatu hal yang sangat membahagiakan. Dari itu, marilah kita menghargai kasih sayang termurni dan paling sulit diperoleh di dunia ini, kita juga harus membalas budi luhur ibu dengan cinta kasih kita yang paling tulus.
Iya Bu, terima kasih," Tak lama kemudian ibu datang ke kamarku dan memberitahu kalau Kak Fakhri sudah menungguku di ruang tamu. Sampai ku rasa siap, aku pun langsung menemui Kak Fakhri di ruang tamu. "Hai Kak, maaf ya mesti nunggu," "Alah, biasa aja, bentar doang kok, udah siap? Berangkat sekarang yuk?" "Ayok, bentar Kak, pamit sama Ibu dulu ya," sucipebriyani14 Just another site Kasih Sayang seorang Ibu Ibu adalah sosok wanita yang tegar dan tidak mengenal lelah. Ibu yang melahirkan kita, menjaga kita dan merawat kita hingga kita bisa sampai sebesar ini. Sangat berdosa sekali jika kita menyakiti hati ibu kita sendiri. Ada sebuah pepatah “Surga ditelapak kaki Ibu” yah memang benar sekali surga ada ditelapak kaki ibu itu artinya bahwa kita sebagai anak tidak boleh berbuat jahat kepada ibu apalagi sampai durhaka kepadanya. Begitu juga seperti kata Nabi Muhammad orang yang pertama harus kita hormati adalah ibu, ibu, ibu, dan ayah. kenapa demikian, karena ibu adalah sosok yang memang harus dihormati sesuai dengan perjuangan nya melahirkan kita. Tetapi kita sebagai anak banyak kadang atau bahkan sering membuat ibu kita marah atau kecewa kepada kita. Kita tidak mau mendengarkan nasihat ibu atau mungkin ngebebtak ibu. Seperti cerita yang akan saya buat ini bahwa kasih ibu memang benar sepanjang masa. Nanda adalah seorang anak perempuan dari keluarga yang biasa-biasa tinggal di Jogjakarta dan dia berniat akan kuliah di Jakarta. Keinginannya pun terpenuhi begitu kelulusan SMA, dia diterima diperguruan tinggi yang ada diJakarta. Berangkat lah dia kejakarta seorang diri. Sebenarnya ibunya tidak mengijinkan nanda untuk kuliah diJakarta apalagi Nanda adalah anak daerah. Ibunya takut terjadi apa-apa pada Nanda. Ibunya tahu pergaulan diJakarta itu seperti apa. Ibunya dan Nanda haya tinggal berdua, ayah Nanda sudah meninggal sejak Nanda masih berusai 1 tahun. Ibunya bekerja disebagai seorang buruh pabrik dan juga sebagai penjual sayur-sayuarn di pasar. Sebenarnya untuk meguliahi Nanda ibunya tidak sanggup tetapi karena Nanda anak yang pintar maka diapun mendapat beasiswa untuk kuliah di Jakarta. Berangkat lah Nanda ke Jakarta dengan menggunakan kereta. Sesampainya di Jakarta Nanda kos disebuah kost-kostan putri yang jaraknya tidak jauh dari kampus Nanda nanti. Waktu pun terus berjalan dan Nanda pun sekarang sudah masuk kuliah sebagai mahasiswi baru di Jakarta. Nanda pun sering mengirim surat pada ibunya untuk member kabar pada ibunya mengenai dirinya di Jakarta baik-baik saja. Dan dia juga bercerita bahwa dia mendapat teman yang sangat baik yaitu Selvi. Selvi anak Jakarta asli, atau bisa dibilang sebagai “anak gaul”. Nanda pun berteman dengan Selvi dan semakin hari semakin akrab. mereka pun sangat akrab dimana ada Selvi di situ ada Nanda. Begitu juga sebaliknya. Hingga pada suatu saat Nanda melihat Selvi merokok. Dan Nanda pun kaget melihat Selvi seperti itu karena Nanda berasal dari daerah maka melihat hal seperti itu dia kaget sekali baginya seorang cewek merokok adalah hal yang sangat tidak baik.. Tetapi selvi menganggapnya biasa saja tidak ada yang istimewa, dia malah menawari Nanda untuk mencoba rokok seprti dirinya. Tadinya Nanda tidak mau mencoba, karena Nanda anak daerah yang masih sangat polos akhirnya dia nurut saja. dari sini semuanya terjadi. Nanda yang tadinya hanya merokok kini mulai mencoba untuk pergi ke clubbing bersama Selvi. Mereka pergi hampir tiap malam dan pulang baru pagi harinya. Selain pergi clubbing, Nanda juga mulai menggunakan narkoba. Dia diajari oleh siapa lagi kalau bukan Selvi sahabatnya sendiri orang yang paling dekat dengan dia. Nanda pun semakin jarang menulis surat pada ibunya sendiri dia lebih memilih pergi bersenang-senang dengan teman-temanya dari pada harus menulis surat pada ibunya. Waktu terus berjalan hingga Nanda menjadi seorang pecandu narkoba. Pada suatu hari, saat Nanda dan selvi sedang clubbing ada sebuah razia yang dilakukan oleh polisi diclub tersebut. Nanda pun tertangkap polisi karena membawa narkoba sedangkan Selvi sahabatnya tidak tertangkap. Nanda pun dipenjara dan mengabari ibunya bahwa dirinya ditahan polisi karena membawa narkoba. Ibu Nanda pun kaget mendengar berita tersebut dan sangat sedih sekali. Ibunya pun langsung pergi ke Jakarta untuk melihat keaadan anak perempuan satu-satunya itu. Ibunya Nanda tidak mempunyai saudara satupun di Jakarta sehingga dia harus mengontrak rumah sebagai tempat tinggalnya di Jakarta. Setiap hari ibunya menjenguk Nanda dipenjara dengan kasih sayang ibu kepada anaknya, dia tidak memarahi Nanda atas apa yang menimpa Nanda tetapi dia menyalahi dirinya sendiri bahwa dia tidak mendidik Nanda dengan benaar sehingga dapat seperti sekarang ini. Berita Nanda dipenjara pun menyebar di daerah rumah Nanda mereka membicarakan Nanda yang dipenjara karena Narkoba tetapi ibunya sama sekali tidak malu atas aoa yang menimpa Nanda di terus mendukung Nanda tidak perduli apa kata orang lain mengenai drinya dan Anaknya Nanda. Selama Nanda dipenjara ibunya selalu menemani nanda dia tidak pulang ke Jogjakarta tapi dia menemani nanda hingga bebas dari penjara. Akhirnya, Nanda pun bebas dia keluar dari penjara dan ibunya pun kembali ke Jogjakarta. Di Jogjakarta Pun ibunya mendapat berbagai gunjingan dari para tetangga mengenai Nanda. Tetapi ibunya tetap membela Nanda sebagai anak dia tidak malu atas apa yang menimpa Nanda dan dia juga tidak perduli dengan omongan orang mengenai dirinya dan Nanda. Waktu terus berjalan seperti biasa dan Nanda sudah kembali normal dia bukan pecandu lagi karena ibunya membawanya ke panti rehabilitasi bagi anak-anak pecandu narkoba. Tetapi memang pergaulan yang membuat Nanda seperti kemarin pada suatu hari lagi-lagi Nanda mengulangi kesalahanya kali in dia hamil diluar nikah oleh seorang cowo teman kampusnya namanya Andrian dan parahnya andrian tidak mau bertanggung jawab atas apa yang telah dilkukannya. Mendengar berita tersebut, ibunya sangat kaget sekali dan benar-benar sedih anak satu-satunya yang dia banggakan yang bisa mengangkat derajat keluarga di mata orang lain kini teklah menghancurkan harapan ibunya dengan adanya musibah tersebut. Nandapun pulang ke Jogjakarta dengan keadaan seperti itu. Dia menjadi bahan omongan orang lain dan tetangganya sendiri. Yang paling terpukul adalah ibunya diaanggap tidak bisa mendidik Nanda dengan benar. Tetapi ibu Nanda tidak memperdulikan omongan orang dia terus merangkul Nanda sebagai anak yang dia kandung selama 9 bulan 10 hari dan juga dia besarkan. Biarpun sakit, dia telah memaafkan Nanda atas apa yang telah diperbuat. Dia sangat sabar meghadapi omongann orang dan mengganggap apa yang terjadi sebagai kesalahannya dan juga sebagai ibu selalu melindungi anaknya meski anaknya berbuat salah. Navigasi pos Itulahsatu cerita dari sembilan cerita tentang kasih sayang ibu kepada anaknya. Kasih sayang ibu seperti mentari, hanya memberi dan tak berharap kembali Hairi Yanti, Balikpapan Gaya bahasa yang terdapat di cerpen tersebut adalah : 1. "Setelah dua hari menyisir bangunan-bangunan" Pada kutipan di atas terdapat Majas personifikasi. Hai, Sobat Guru Penyemangat, sudah sampaikan ucapan Hari Ibu kepada Ibunda tercinta?Mantap. Kita baru saja singgah di tanggal 22 Desember yang di setiap tahunnya tetapkan sebagai Peringatan Hari Ibu mula disahkannya Hari Ibu sebagai peringatan nasional ialah kesadaran bangsa ini atas pentingnya peran dan kontribusi Ibu baik untuk dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, hingga nusa dan pernyataannya adalah; sudah sejauh apa peran dan kontribusi kita sebagai anak dalam berbakti kepada Mama?Nah, jangan-jangan kita malah ingat Ibu saat 22 Desember saja, atau malah baru kepikiran untuk memberikan hadiah kepada Mama ketika Hari Ibu sudah tiba! dari itulah di sini bakal menyajikan cerpen bertema Hari Ibu untuk motivasi diri dan cerpen tentang Hari Ibu berikut ditulis singkat dan di dalamnya terkandung secarik pesan untuk anak yang menyentuh langsung disimak saja yaCerpen Hari Ibu Bukan 22 DesemberOleh Ozy V. Alandika“Ndah, besok kita ke pameran yang ada pasar malamnya itu ya. Kamu bantuin aku cari buket.”“Buket, untuk apa sih, Ra?”Secarik arunika baru saja meninggalkan peraduannya, tapi perempuan yang masih remaja itu langsung menyapaku dengan sungguh tahu bahwa dirinya baru saja selesai mandi. Semerbak shampo sachet masih tercium hingga seluas ruang tamu sederhana rumah sih. Rara orangnya selalu saja seperti itu. Di kala libur, ia sering kali tiba-tiba bertamu ke rumahku syahdan mengajakku untuk terkadang aku sampai jenuh gara-gara introvert-ku terganggu, tapi seru juga. Setidaknya aku bisa menjaga rutinitas mandi setiap cukup banyak juga kan anak perempuan seumuranku yang keasyikan rebahan di saat liburan hinggalah lupa lagi sekarang ini sudah masuk libur semester. Ya, mandinya paling-paling setelah nanti sang surya tergelincir. Itu pun kalau ingat. Dan…kalau Emak di rumah sudah mulai naik darah.“Itu lho, Ndah. Lusa kan tanggal 22 Desember Tahun 2021.”“Memangnya kenapa dengan tanggal 22, Ra. Aku kan ulang tahun di bulan Juni?”“Hiks. Indah, Indah. Besok itu Hari Ibu lho. Makanya aku ingin cari-cari karangan bunga yang murah-murah untuk Mamaku.”“O gitu. Oke deh. Memangnya selama ini kamu belum pernah kasih Mamamu hadiah gitu?”“Hehe. Belum, Ndah. Ada juga dua tahun yang lalu. Itu pun juga di Hari Ibu. Aku juga ingatnya gara-gara diumumkan di sekolah oleh wali kelas.”“Hadeh. Dasar Rara!”“Lho, memangnya kenapa, Ndah? What’s wrong with me?”“Hemm. Absolutely wrong, Say!”Boleh Baca Cerpen Tentang Ibu yang Pergi Menuju SurgaAda-ada saja nih sahabatku. Aku sontak menjadi kesal tersebab kisahnya. Masa sih sahabat terbaikku ini terakhir kali memberikan hadiah kepada mamanya dua tahun yang lalu! Sungguh sudah sangat masa iya dirinya ingin beli buket yang murah. Mendengarnya saja jadi pening kepalaku.*“Nak, besok pagi-pagi Indah temani Ibu ke pasar, ya. Tadi Ayah baru saja nelpon bahwa lusa ada beberapa rekan kerjanya yang ingin bertamu.”“Oke siap, Bu.”Rara belum sempat bersandar di bangku ruang tamu, tiba-tiba Ibuku menghaturkan permintaan. Aku sepertinya harus membikinkan ia segelas teh hijau. Entah mengapa aku mulai merasa bahwa ia sedang dua menit bagiku untuk membikinkan teh hijau dengan nuansa manis yang sejuk. Apa lagi untuk Rara. Aku sudah sangat mengerti seperti apa takaran manisnya minuman. Terang saja, dia kan sahabatku.“Ndah, jadi besok bagaimana? Kok kamu malah mengiyakan ajakan Ibumu daripada aku?”“Nah, kan. Esmosi niyeee! Ya iyalah Ra. Itu Ibuku lho. Perempuan terbaik di dunia ini. Sedangkan kamu adalah sahabatku dan kita baru berkenalan tiga tahun yang lalu.”“Jadi…”“Hehe, sabar, Ra. Bukankah sebagai seorang anak kita harus meninggikan bakti kepada Ibunda? Dan aku pikir, dengan memenuhi hajat alias keinginan Ibuku, itu tandanya aku sedang memberikan hadiah kecil kepadanya.”“Hahaha. Indah, Indah. Kamu ada-ada saja. Hadiah ya hadiah, bantuan ya bantuan. Paling tidak kamu belikan buket, atau kue, atau perhiasan deh untuk Ibumu.”“Ehem. Indah, kamu tahu sendiri kan, aku hanyalah orang biasa yang berasal dari keluarga sederhana. Berat rasanya bagiku untuk memberikan Ibunda hadiah, apalagi jenis hadiah yang dimaksud adalah seperti ucapanmu tadi. Jikalau begitu ukuran hadiah untuk Ibu, mungkin aku akan sangat sulit sekali berbakti kepadanya.”Boleh Baca Cerpen Ibuku PahlawankuRara pun terdiam tanpa kisah. Ia tak bisa menyanggah ucapanku. Kupikir, remaja cantik itu takut salah bicara hingga nanti kiranya aku bakal sakit hati. Padahal tidak! Aku tidak sebaper itu.“Ra, menurutku hadiah untuk Ibunda tercinta itu tidak harus selalu dengan uang, barang, atau perhiasan. Ketika kita membantunya dengan sepenuh hati dan tidak membantah setiap nasihat baik, aku rasa itu adalah hadiah terbesar yang bisa kita berikan kepada Ibu. Di luar sana, mungkin banyak anak yang lebih kaya dari kita, dia bisa memberikan apa pun kepada Ibunya. Tapi ternyata? Masih saja ada keributan di antara mereka gara-gara si anak kurang taat, sedikit berbakti, dan tidak perhatian dengan orang tua. Aku tidak ingin seperti itu, Ra.”Rara kembali terdiam, tapi kali ini ia lega. Sontak saja diambilnya gelas berisi teh hijau dan langsung diminumnya hingga beberapa ini benar-benar adalah sahabat sejatiku. Rara sungguh mau berbesar hati menerima opini jujurku. Engkau hebat, Ra!“Ndah, jadi, sebenarnya Hari Ibu itu bukan tanggal 22 Desember, ya?”“Begitulah, Ra. Sejatinya Hari Ibu itu terjadi setiap hari, dan setiap hari adalah kewajiban kita sebagai seorang anak untuk membagiakannya.”“Oke siap. Tapi besok siang kamu masih mau kan temani aku cari buket?”“Mau dong. Nanti setelah pulang dari pasar, aku kabari ya.”“Nah, cakep. Besok aku traktir kamu deh!”“Wah, mantap ini. Aku mau boba!”***Nah, demikianlah tadi secarik cerpen tentang Hari Ibu karangan Ozy V. Alandika yang bisa Guru Penyemangat pada kisah pendek di atas, kita dapat memetik pelajaran bahwa sesungguhnya Hari Ibu itu tidak perlu menunggu 22 Desember, dan tidak pula harus menunggu tanggal 22 bulan dua belas untuk membahagiakan sejatinya, tugas seorang anak ialah berbakti kepada Ibu dan Ayah setiap hari, saban waktu selama keduanya masih hidup, serta selalu mendoakan yang terbaik ketika keduanya telah CerpenTentang Kasih Sayang Ibu Terhadap Anaknya, Singkat dan Menyentuh Hati. Dok. dum dum Terdengar suara benda keras dari arah kamar sebelah, aku pun memastikan ke sumber suara. Tampak kaki adik bungsu menendang dinding kamar dengan marah, air bening bergulir dari kelopak mata. "Kenapa, Dik?" tanyaku penasaran. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ada rindu yang hanya bisa ku ucapkan lewat kasih dan sayang yang hanya bisa ku titipkan kepadanya, sang Penguasa Semesta. Hati ini kalut ketika mengingat bagaimana dulu keseharian ku hingga harus melepas kepergianmu. Langit,Jika ku melihat Langit, akupun bergumam dalam hati..."Apakah benar Bunda sedang memperhatikanku?"Aku-pun berharap, kau sedang melihatku dari Surga. Lalu ku rasa rindu yang membandel dan tak juga pergi ternyata sesakit ku mengerti, yang mampu membuat ketenangan dan ketentraman dalam jiwa hanyalah sebuah doa. 1 2 Lihat Cerpen Selengkapnya